Home » » Masalah menshalatkan jenazah koruptor

Masalah menshalatkan jenazah koruptor

Assalamu'alikum pembaca semuanya. Postingan kali ini penulis tertarik membahas mengenai masalah menshalati jenazah koruptor yg belakangan ini jadi perbincangan hangat di sosial media.Sebelumnya penulis ingin mengingatkan Ini adalah pendapat penulis pribadi, jadi jika seandainya ada dari pembaca yg tidak setuju maka sah sah saja dan juga jika seandainya ditemukan pendapat yg lebih benar dan kuat maka pembaca bisa mengabaikan pendapat penulis.

Baik untuk menjawab masalah ini, penulis terlebih dahulu ingin berangkat dari sebuah pertanyaan yaitu Kafirkah seseorang setelah dia korupsi..?? Apakah dengan korupsi berarti dia telah keluar dari islam sedangkan sia masih mengakui Allah adalah tuhan dan nabi muhammad adalah utusannya.??
Menurut penulis Dia hanya melakukan dosa katakanlah dosa besar.
Namun hati manusia tidak ada yg bisa mengetahuinya, makanya tetap menjadi kewajiban bagi kita untuk menshalatkan jenazah walau pun itu jenazah koruptor.

Oke ada sebagian pendapat mengatakan bahwa nabi tidak mau menshalatkan jenazah orang yg berhutang dengan hadist dibawah ini.

( عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ –رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ– قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ –صلى الله عليه وسلم– إِذْ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )), قَالُوا: لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا ؟ )), قَالُوا: لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قِيلَ : نَعَمْ ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا؟ )) قَالُوا : ثَلاَثَةَ دَنَانِيرَ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ أُتِيَ بِالثَّالِثَةِ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ تَرَك شَيْئًا؟ )) قَالُوا : لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قَالُوا: ثَلاَثَةُ دَنَانِيرَ ، قَالَ: (( صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ ))، قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: صَلِّ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللهِ، وَعَلَيَّ دَيْنُهُ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.)


Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiallaahu ‘anhu, dia berkata, “Dulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah seorang jenazah. Orang-orang yang membawa jenazah itu pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang lain. Orang-orang yang membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkanlah jenazah yang ketiga. Orang-orang yang membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Beliau pun berkata, ‘Shalatlah kalian kepada sahabat kalian! Kemudian Abu Qatadah pun berkata, ‘Shalatilah dia! Ya Rasulullah! Hutangnya menjadi tanggung jawabku.’ Kemudian beliau pun menshalatinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2289)

Bagaimana menanggapi hal ini...?

Nabi ketika itu enggan menshalatkan bukan berarti beliau melarang.. bahkan nabi menyuruh "shalatkanlah teman kalian". Yang artinya kewajiban menshalati jenazah tidak lah gugur ketika itu. Andai saja benar jika jenazah orang yg berhutang tidak perlu dishalatkan atau tidak boleh dishalatkan maka nabi akan menjawab "jangan shalati dia".

Oleh sebab itu walau jenazah seorang koruptor sekalipun asalkan dia masih muslim atau tidak jelas kekafirannya maka tetap menjadi kewajiban bagi kita kaum muslim untuk menyalatkannya.
Wa allahu a'lam
 
Support : Kontak | Privasi | Tentang
Copyright © 2024. Fisika Islam - All Rights Reserved
Temukan Kami di Facebook @ Fisika Islam